Kaum muslimin yang dirahmati Allah, surat al-‘Ashr menyimpan begitu banyak pelajaran berharga. Sampai-sampai Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Seandainya manusia mau merenungkan kandungan surat ini niscaya hal itu akan cukup untuk mereka.” (lihat catatan kaki It-haful ‘Uqul bi Syarhi ats-Tsalatsah al-Ushul, hal. 23 dan keterangan Syaikh Yahya al-Hajuri hafizhahullah dalam Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah, hal. 10)
Di dalam surat al-‘Ashr terkandung pelajaran bahwa orang-orang yang beruntung adalah mereka yang memiliki sifat-sifat sebagaimana disebutkan di dalamnya; yaitu beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran. Adapun orang-orang yang kehilangan sifat-sifat ini maka dia pasti merugi (lihat Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah oleh Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi, hal. 19)
Di dalam surat ini telah disebutkan bahwasanya orang yang beruntung itu adalah orang-orang yang beriman. Sementara iman itu mencakup ucapan, amalan, dan keyakinan. Keyakinan ini akan benar jika ditegakkan dengan ilmu, demikian pula ucapan dan amalan akan lurus apabila dilandasi dengan ilmu. Dengan kata lain iman tidak bisa terwujud kecuali dengan pondasi ilmu (lihat Syarh Tsalatsah al-Ushul oleh Syaikh alu Syaikh, hal. 22 dan Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah oleh Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi, hal. 17 dan Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah oleh Syaikh al-Barrak, hal. 8)
Surga tidak akan bisa dimasuki dan diraih kecuali dengan bekal iman dan ketaatan kepada Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Masuklah kalian ke dalam surga dengan apa-apa yang telah kalian amalkan.” (an-Nahl : 32). Dan tidak ada jalan untuk mengenali iman dan amal salih kecuali dengan ilmu yang bermanfaat (lihat keterangan Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah dalam kitab beliau Syarh al-Manzhumah al-Mimiyah, hal. 65)
Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata, “Tidak akan diterima ucapan kecuali apabila dibarengi dengan amalan. Tidak akan diterima ucapan dan amalan kecuali jika dilandasi dengan niat. Dan tidak akan diterima ucapan, amalan, dan niat kecuali apabila bersesuaian dengan as-Sunnah.” (lihat al-Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil munkar karya Ibnu Taimiyah, hal. 77 cet. Dar al-Mujtama’)
Imam Bukhari rahimahullah membuat sebuah bab dalam kitab Sahih-nya dengan judul ‘Ilmu sebelum berkata dan beramal’. Sebab ucapan dan perbuatan tidaklah menjadi benar kecuali dengan ilmu. Ilmu itulah yang akan meluruskan ucapan dan amalan. Bahkan, tidak ada keimanan yang benar kecuali apabila dilandasi dengan ilmu (lihat keterangan Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah dalam Minhatul Malik al-Jalil, 1/226-227)